Suku Tengger: Kehidupan di Kaki Gunung Bromo


Suku Tengger adalah salah satu kelompok etnis yang mendiami wilayah sekitar Gunung Bromo, sebuah gunung berapi yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Mereka adalah salah satu suku asli Jawa Timur yang memiliki budaya, tradisi, dan kepercayaan sendiri yang unik. Wilayah ini juga dikenal dengan nama "Tengger" dan merupakan salah satu destinasi wisata paling terkenal di Indonesia.


Asal Usul dan Sejarah Suku Tengger


Suku Tengger berasal dari kata "Tengger" yang bermakna "sembilan." Menurut legenda setempat, nama ini berasal dari sembilan desa yang terletak di sekitar Gunung Bromo yang dihuni oleh suku ini. Desa-desa tersebut adalah Ngadisari, Wonokitri, Ngadas, Jemplang, Ranu Prani, Ranu Kumbolo, Ranu Pane, Ledok Ombo, dan Malang. Suku Tengger mempunyai hubungan historis yang erat dengan Gunung Bromo dan wilayah sekitarnya.

Suku Tengger menganut kepercayaan agama Hindu dan memiliki berbagai upacara keagamaan yang terkait dengan alam, terutama Gunung Bromo yang dianggap sebagai tempat suci. Upacara Yadnya Kasada adalah salah satu upacara keagamaan yang paling terkenal dan spektakuler yang dilakukan oleh suku ini. Pada upacara tersebut, mereka memanjatkan sesajen dan persembahan kepada para dewa untuk memohon kesuburan dan perlindungan.


Kehidupan Suku Tengger

Kehidupan sehari-hari suku Tengger sangat terkait dengan pertanian. Mereka menggantungkan hidup dari hasil pertanian di lereng-lereng gunung dan lembah di sekitarnya. Tanaman-tanaman seperti kentang, wortel, kubis, dan kacang hijau tumbuh subur di sini. Kondisi tanah yang subur dan iklim yang sejuk mendukung keberhasilan pertanian mereka.

Selain pertanian, suku Tengger juga berprofesi sebagai pemandu wisata di kawasan Gunung Bromo. Pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi komunitas ini. Mereka membantu wisatawan menjelajahi keindahan Gunung Bromo, baik dengan berjalan kaki atau menaiki kuda.


Kesenian dan Budaya Tengger

Suku Tengger memiliki budaya dan kesenian yang unik. Mereka sering kali menampilkan tarian dan musik tradisional dalam berbagai upacara adat dan acara budaya. Tarian-tarian seperti "Tari Topeng Tengger" dan "Tari Remo" adalah contoh dari warisan seni yang dijaga dengan baik oleh masyarakat ini.

Makanan tradisional Tengger juga patut dicicipi. Beberapa hidangan khas termasuk "Jaje Tengger," sejenis makanan ringan manis, dan "Nasi Tumpeng," hidangan berupa nasi kuning yang dihidangkan dalam perayaan-perayaan khusus.


Ekowisata di Kawasan Gunung Bromo

Selain sebagai penduduk lokal, suku Tengger juga berperan aktif dalam industri pariwisata di kawasan Gunung Bromo. Mereka membantu dalam menyediakan akomodasi, menjual suvenir, dan menjadi pemandu wisata bagi pengunjung yang datang dari berbagai penjuru dunia.


Namun, pertumbuhan pariwisata yang pesat juga menghadirkan tantangan baru bagi masyarakat Tengger, termasuk masalah lingkungan dan sosial. Peningkatan jumlah pengunjung dapat meningkatkan tekanan pada lingkungan alam, sehingga penting untuk menjaga keseimbangan antara pariwisata dan kelestarian alam.


Kesimpulan

Suku Tengger adalah salah satu kelompok etnis yang unik dan menarik di Indonesia. Mereka memiliki budaya dan tradisi yang kaya, serta berperan penting dalam industri pariwisata di kawasan Gunung Bromo. Meskipun mereka menghadapi berbagai tantangan, mereka tetap berusaha untuk menjaga warisan budaya dan lingkungan alam mereka yang berharga. Suku Tengger adalah salah satu contoh keanekaragaman budaya yang membuat Indonesia begitu istimewa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-Macam Tari Dayak: Properti, Gerakan, dan Keunikannya

8 Permainan Tradisional Indonesia yang Mendunia

Alat Musik Tradisional dari Sumatra Barat: Memelihara Warisan Kaya